Bencana Alam

TUGAS TIK


Hingga April 2013, ancaman bencana alam diperkirakan masih terjadi di beberapa daerah. Terus berlanjutnya ancaman bencana ini telah melumpuhkan aktivitas masyarakat, juga berpotensi menimbulkan ngangguan kamtibmas dengan kemungkinan maraknya aksi-aksi kriminal. Bencana alam ini juga dapat dimanfaatkan oleh kalangan manapun “untuk memanaskan” tahun politik 2013, terutama apabila jajaran pemerintah terkait kurang mampu meminimalisasi ancaman ini.

BENCANA  alam  seperti  banjir,  ta-nah  longsor,  puting  beliung,  gel-ombang  pasang  dan  beberapa bencana  alam  lainnya  diprediksi  masih akan  terjadi  pada  2013.  Menurut  data Badan  Meteorologi  Klimatologi  dan  Geo-fisika (BMKG), banjir dan tanah longsor akan  terus  berlangsung  hingga  Febru-ari  2013  karena  intensitas  hujan  sema-kin meningkat.

Sementara itu, banjir juga telah men-gakibatkan 4.358 rumah dan 2.660 hek-tar sawah di 7 kecamatan di Kabupaten Pandeglang,  Banten  yaitu  Patia,  Page-laran,  Sukaresmi,  Panimbang,  Labuan, Munjul  dan  Saketi  terendam.  Menu-rut  data  Badan  Penanggulangan  Ben-cana  Daerah  (BPBD)  Banten,  ada  tiga kabupaten  di  Banten  yang  telah  teren-dam  banjir  antara  lain  Kabupaten  Se-rang,  Kabupaten  Pandeglang  dan  Kabu-paten  Lebak,  dari  tiga  wilayah  tersebut Pandeglang adalah wilayah paling parah terendam banjir.

Sedangkan,  kerugian  lainnya  akibat bencana  alam  antara  lain,  penahan  gel-ombang laut di kawasan Pelabuhan Pu-lau Baai Bengkulu senilai Rp 14,5 Miliar ambrol.  Akibat  banjir  di  Jakarta,  6.101 jiwa  yang  mengungsi  dengan  perincian Kelurahan  Durikosambi  (2.645  orang), Kelurahan Rawabuaya (2.102 orang), Ke-lurahan Bidaracina (214 orang), kelurah-an lainnya dengan 1 orang tewas. Jum-lah  kelurahan  yang  terendam  banjir  di Jakarta sebanyak 50 kelurahan.

Selain di Banten, banjir juga telah ter-jadi di beberapa daerah, antara lain Saro-langun (Jambi), Bireuen, Aceh Besar dan Aceh  Singkil  (Aceh),  Solo  dan  Magelang dan Kudus (Jateng), Bojonegoro, Lamon-gan, Bangkalan-Madura (Jatim), Sumba-wa Barat (NTB), Barito Utara (Kalimantan Tengah), dan Maros (Sulawesi Selatan).

Sebelumnya,  Sutopo  Purwo  Nugroho, Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan  Nasional  Penanggulangan  Ben-cana  di  Jakarta  mengatakan,  bencana hidrometeorologi  seperti  banjir,  longsor, puting  beliung,  kekeringan,  kebakaran lahan  dan  hutan,  dan  gelombang  pas-ang  diprediksi  akan  sering  terjadi  pada 2013,  yang  disebabkan  karena  penga-ruh  perubahan  iklim  global  dan  antro-pogenik  (aktivitas  ulah  manusia  yang mencemarkan  lingkungan  melalui  keg-iatan transportasi, industri, dan pemba-karan sampah).

Sementara  itu,  berdasarkan  laporan IPCC  (Intergovernmental  Panel  on  Cli-mate  Change)  2012,  pemanasan  global telah  menyebabkan  wilayah  tropis  me-luas    yang  menyebabkan  hujan  deras. Sedangkan  laporan  BMKG  memperki-rakan  hujan  dan  puting  beliung  berpo-tensi terjadi hingga Maret-April 2013. Se-lama  2012,  data  sementara  terjadi  295 puting beliung di Indonesia. Tren kejadi-an puting beliung cenderung mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Selama 2002-2011 meningkat 28 kali lipat. Ter-dapat 404 kabupaten/kota dengan jum-lah  penduduk  115  juta  jiwa  tinggal  di daerah  rawan  sedang  hingga  tinggi  dari bahaya  puting  beliung  di  Indonesia,  se-dangkan  sistem  peringatan  dini  putting beliung belum tersedia.

Menurut  BMKG,  banjir  dan  longsor berpotensi  terjadi  hingga  April  2013. Sebanyak  315  kabupaten/kota  dengan 60,9  juta  jiwa  tinggal  di  daerah  rawan banjir  di  Indonesia.  Sedangkan  tanah longsor  terdapat  270  kab/kota  dengan 124  juta  jiwa  tinggal  di  daerah  rawan tanah  longsor.  Banjir  lahar  dingin  ber-potensi  di  Gunung  Merapi,  Gamalama, Bromo,  Lokon  dan  Soputan  hingga  Ma-ret 2013.

BMKG  juga  memprediksi  kebakaran lahan dan hutan selama musim kemarau terjadi  di  delapan  provinsi  yaitu  Sumut, Riau,  Jambi,  Sumsel,  Kalbar,  Kalteng, Kalsel dan Kaltim. Kekeringan berpotensi terjadi selama Agustus-Oktober di Jawa, Bali,  NTT  dan  daerah-daerah  yang  de-fisit air. Disamping itu, terdapat enam gunung status siaga yaitu Raung, Roka-tenda, Sangeangapi, Lokon, Karangetang, Ijen serta 13 lainnya status waspada.

Kesiapan menghadapi bencana alam

BENCANA alam seperti banjir, kekerin-gan, tanah longsor, puting beliung, gem-pa besar karena patahannya bersifat ver-tikal dan gelombang pasang terjadi dise-babkan  karena  beberapa  faktor  anta-ra  lain,  kerusakan  lingkungan,  semakin berkurangnya  daerah  resapan,  fenome-na  perubahan  iklim  (yang  ditandai  den-gan  climate  change  ataupun  cuaca  eks-trem  akibat  pertemuan  masa  uap  air yang menimbulkan pertumbuhan awan-awan  konvektif.

Akibat  konvergensi  itu pertumbuhan awan-awan konvektif ber-dampak  pada  perubahan  angin  kemu-dian  menimbulkan  petir  dan  angin  put-ting  beliung  dan  bisa  mempengaruhi tinggi  gelombang),  pelanggaran  tata  ru-ang, berkurangnya resapan air, perubah-an penggunaan lahan, akibat meluapnya sejumlah sungai besar akibat curah hu-jan  yang  tinggi  dan  perilaku  masyara-kat  yang  belum  ramah  lingkungan  den-gan indikasi membuang sampah semba-rangan menyebabkan makin rentan ter-jadinya bencana.

Padahal,  berlanjutnya  bencana  alam akan  menyebabkan  terjadinya  krisis kualitas  dan  kuantitas  air  bersih,  mere-baknya  penyakit,  berubahnya  musim tanam  yang  berdampak  pada  masa produksi  pangan  serta  mengganggu  ak-tivitas  masyarakat  lainnya.  Kurangnya langkah  antisipasi  dalam  menghada-pi  bencana  alam  berpotensi  menambah jumlah korban jiwa ataupun materi.

Terkait  dengan  pertanyaan  siapkah kita menghadapi ancaman bencana alam pada  2013?  Kesiapan  tergangtung  ke-pada  kemampuan,  sedangkan  mengu-kur kemampuan menurut Hank Prunck-un (2010) dilihat dari knowledge dan re-sources  yang  ada,  sehingga  jawabannya “kita  belum  siap”.  Indikasinya,  system peringatan dini bencana tidak ada, pen-didikan atau latihan bagi masyarakat un-tuk menghadapi bencana belum pernah dilakukan secara nasional, roadmap dan pemetaan  wilayah  berpotensi  bencana alam  belum  semua  pemerintah  daerah memilikinya.
Sumber Berita  :Pelitaonline.com




komentar saya:
Mungkin bencana banjir terjadi karena  kesalan mereka sendiri yang telah merusak dan tidak bertanggung jawab seperti yang di lakukan orang membuang sampah sembarangan ke selokan dan sungai-sungai.


Kesadaran semua masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya agar tak terjadi bencana-bencana yang tidak di-ingikan serta  kota pun menjadi dan bersih

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tata Surya

Integrasi Pelajaran IPA/Fisika (generator)